Minggu, 22 November 2015

SEJARAH ADANYA PENGAMEN

                         SEJARAH ADANYA PENGAMEN


Pengamen atau sering disebut pula sebagai penyanyi jalanan (Inggris: street singers), sementara musik-musik yang dimainkan umumnya disebut sebagai Musik Jalanan. Pengertian antara musik jalanan dengan penyanyi jalanan secara terminologi tidaklah sederhana, karena musik jalanan dan penyanyi jalanan masing-masing mempunyai disiplin dan pengertian yang spesifik bahkan dapat dikatakan suatu bentuk dari sebuah warna musik yang berkembang di dunia kesenian.
Perkembangan pengamen telah ada sejak abad pertengahan terutama di Eropa bahkan di kota lama London terdapat jalan bersejarah bagi pengamen yang berada di Islington, London, pada saat itu musik di Eropa berkembang sejalan dengan penyebaran musik keagamaan yang kemudian dalam perkembangannya beberapa pengamen merupakan sebagai salah-satu landasan kebudayaan yang berpengaruh dalam kehidupan umat manusia.

Sudah bukan pemandangan aneh, saat kita naik bus kota atau berada di sebuah rumah makan, tiba-tiba nyelonong seseorang atau beberapa anak muda yang membawa peralatan musik seadanya, bernyanyi dengan suara keras, terkadang juga sering sumbang. Mereka langsung pergi atau tidak menyelesaikan lagu yang sedang dinyanyikannya, ketika ia diberi upah atau uang sekedarnya

Entah sejak kapan pastinya seseorang mulai mengenal istilah “ngamen” dan para pelakunya di panggil sebagai “pengamen”. Bisa diduga ngamen memang sudah ada sejak manusia mengenal alat musik. Karena ngamen umumnya bernyayi diiringi dengan alat musik. Meskipun akhir-akhir ini pernah temui pengamen yang tidak memakai alat musik.

Pengamen sering pula diartikan sebagai penyanyi jalanan (Inggris: street singers), sementara musik-musik yang dimainkan umumnya disebut sebagai musik jalanan. Pengertian antara musik jalanan dengan penyanyi jalanan secara terminologi tidaklah sederhana, karena musik jalanan dan penyanyi jalanan masing-masing mempunyai disiplin dan pengertian yang spesifik bahkan dapat dikatakan suatu bentuk dari sebuah warna musik yang berkembang di dunia kesenian.

Dalam sejarahnya, pengamen telah ada sejak abad pertengahan terutama di Eropa bahkan di kota lama London terdapat jalan bersejarah bagi pengamen yang berada di Islington, London.  Pada saat itu musik di Eropa berkembang sejalan dengan penyebaran musik keagamaan yang kemudian dalam perkembangannya beberapa pengamen merupakan sebagai salah-satu landasan kebudayaan yang berpengaruh dalam kehidupan umat manusia.

Kendati bentuk musik yang dikembangkan lewat gereja itu sebenarnya adalah berdasarkan dasar-dasar pengetahuan musik Yunani. Lewat gereja, bentuk dasar itu dikembangkan selaras dengan perkembangan seni Drama, Seni Rupa dan Sastra. Bentuk musik yang dikembangkan lewat gereja itu, akhirnya dikenal sebagai Liturgi, kata yang berasal dari bahasa latin, Liturgia (Doa Dalam Bentuk Nyanyian).

Pada saat musik gereja berkembang pesat, di luar gereja berkembang suatu bentuk musik yang boleh dikatakan agak liar dan mempunyai tema yang lebih luas. Seperti cinta tidak sekedar digambarkan sebagai hubungan manusia dengan Tuhan secara frontal.

Oleh kalangan gereja, bentuk musik ini disebut sebagai musik duniawi. Dalam proses penciptaan atau terjadinya bentuk musik duniawi ini, tidak ada sangkut pautnya dengan gereja. Kendati pada awalnya antara musik gereja dan musik duniawi ini memang memiliki kesinambungan.

Musik duniawi yang berkembang saat itu, umumnya dibawakan atau dinyanyikan oleh para musafir atau pengelana. Mereka menggunakan alat musik yang sederhana dan praktis, biasanya alat musik berdawai semacam gitar. Para musikus pengembara itu berjalan dari satu tempat ke tempat yang lain, mengelilingi negeri, sambil bernyanyi. Mereka mendapatkan upah atau imbalan dari para penikmat musiknya. Di Perancis, musafir pemusik ini disebut troubadour, dan di Jerman disebut minnesaenger. Sampai saat ini, budaya semacam itu masih banyak dilakukan oleh kaum Gypsi, yang berada di daerah Spanyol.
Bahkan pengaruh musik mereka juga sempat terbawa ke Indonesia oleh bangsa Portugis. Musik mereka itu diserap oleh seniman musik Indonesia sebagai musik Keroncong. Keroncong asli kerap disebut sebagai keroncong moritsku atau morisko. Perkataan ini berasal dari moresca, yaitu sejenis tari pedang yang khas di antara bangsa Spanyol dan Portugis. Kerangka musik ini berkaitan juga dengan musik-musik Abad Tengah.

Fenomena itu mungkin menjadi awal kemunculan bentuk musik jalanan. Seperti di Indonesiapun, budaya ngamen semacam itu, sudah ada sejak sekitar abad ketiga belas, saat kejayaan Kediri atau Kahuripan. Saat itu sudah dikenal rombongan kesenian musik yang berjalan dari satu tempat ke tempat lain, dan menghibur lewat syair atau pantun yang berisi dongeng Panji. Mereka akrab disebut sebagai Dalang Kentrung. Keberadaan mereka terkadang berarti sakral bagi masyarakat yang dilewatinya, karena apa yang mereka lantunkan tidak sekedar hiburan, tetapi terkadang merupakan nasehat, isyarat bahkan ramalan masa depan dari situasi.

Dalam Kamus Bahasa Indonesia “ngamen” terdiri dari dua pengertian, pertama sebagai kegiatan keliling bermain musik dengan mengharapkan bayaran, kedua sebagai kegiatan pergi melaut mencari ikan. Dalam kamus online pengamen ditulis sebagai “beg while singing playing musical instruments or reciting prayers, atau be persistent (memaksa). Pengertian-pengertian yang diberikan dalam beberapa kamus pengertiannya hampir sama. Kegiatan bermain musik dari satu tempat ke tempat lain dengan mengharapkan imbalan sukarela atas pertunjukan yang mereka suguhkan. Namun karya yang mereka suguhkan berbeda-beda, baik dari segi bentuk dan kualitas maupun performanya.

“Ngamen Gratis”
Sering kali ditemui stiker atau tulisan berisi “NGAMEN GRATIS” di tempat-tempat umum, rumah makan, dan tempat-tempat strategis lainnya. Fenomena itu bisa di artikan; (1). Mengamen masih di perbolehkan asalkan tidak dipungut biaya/tidak meminta uang, (2). Pengusiran secara halus bahwa di tempat itu tidak di pebolehkan mengamen, toh biasanya pengamen selalu meminta uang. Dengan kata lain stiker itu adalah bentuk perlawanan aktivitas pengamen, (3). Selama ini pengamen telah dianggap mengganggu dan meresahkan.
Tetapi meski banyak pelarangan bahkan pelecehan terhadap aktivitas ngamen, hingga sekarang masih banyak sebagian orang—terutama di kota-kota besar—yang bertahan melakoni aktivitas ngamen. Alasannya pun beragam mulai dari berkesenian, hobi, hingga alasan kesulitan ekonomi. Alasan terakhir inilah yang sering muncul kepermukaan, sehingga ngamen selalu identik dengan sebuah upaya alternatif untuk mengumpulkan uang bahkan lebih buruknya lagi image pengamen identik dengan pengemis. Mungkin image pengamen dianggap lebih prestisius di banding pengemis sehingga banyak dengan alasan keterdesakan ekonomi, meski ia tidak mahir bernyanyi, ngamen menjadi alternatif yang menjanjikan bahkan jika dipadukan dengan mengemis bisa menjadi lebih menguntungkan. Sering kali kita menemui di jalan-jalan seseorang mengamen sambil mengendong balita mungil.

Minimnya Ruang Berkesenian
Fenomena tersebut adalah realitas social yang kita temui sehari-hari. Bahwa telah terjadi reduksi image pengamen di mata masyarakat. Hal ini bisa disebabkan dari dalam ataupun dari luar. Dari dalam bisa disebabkan faktor personal, yakni ngamen sebagai sebuah aktivitas dimaknai oleh oknum sebagai sebuah alternatif yang bersifat pragmatis. Ngamen dimaknai sebagai upaya mengumpulkan uang semaksimal mungkin tanpa mempertimbangakan balas jasa (skill suara dan musik). Pengamen tidak lagi mepertimbangan kemampuannya dalam menjalankan aktifitasnya. Dan yang kedua, adalah faktor struktural yakni pemerintah belum mampu berperan dan memberikan solusi terhadap nasib masyarakat, termasuk para pengamen dan pengemis. Pemerintah belum mampu memberikan lapanagn kerja serta ruang berekspresi. Oleh sebab itu solusinya adalah sediakan ruang ekspresi bagi para pengamen jalanan agar mereka mampu menghasilkan karya-karya. Jika pemerintah acuh tak acuh terhadap permasalahan ini. Ya jangan menyalahkan masyarakat jika semakin banyak pengamen-pengamen “anyar” bermunculan.





SUMBER :
-https://id.wikipedia.org/wiki/Pengamen
-http://antonsaputrakelana.blogspot.co.id/2013/05/pengamen-dulu-dan-sekarang.html
-http://pustaka-juned.blogspot.co.id/2011/10/musik-jalanan-dan-pengamen.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar